KOTA MALANG - Indonesia merupakan negara diurutan ketiga dengan jumlah kasus kusta terbanyak di dunia. Secara nasional, Indonesia telah mencapai eliminasi kasus kusta di tahun 2010. Eliminasi yang dimaksud ialah jumlah kasus kusta kurang dari 1 per/ 10.000 penduduk. Namun, riset yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan di tahun 2022 menyatakan masih ada 6 propinsi yang belum mencapai eliminasi.
Beberapa Provinsi yang belum mencapai eliminasi yaitu Minahasa, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, dimana Provinsi Maluku masih memiliki kasus 2, 8 per 10.000 penduduk. Berlatar belakang permasalahan tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya berkolaborasi dengan beberapa universitas lain di Indonesia dalam upaya menurunkan stigma kasus Kusta, di Ambon, Maluku.
Tim yang terdiri atas Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp. KK(K). FINSDV, FAADV, Dr. dr. Ni Wayan Eka Ciptasari, Sp.KK. FISNDV, dr. Marina Ramadani, Sp.KK., dr. M. Ayyub Arachman, M.Ked.Klin., Sp.DV dan dr. Rully Setia Agus Dimawan, Sp.KK. FINSDV, FAADV ini berada di Ambon dalam rangka Program Sehat untuk Penderita Kusta di Maluku, kolaborasi antara Kelompok Studi Dermatologi Sosial Indonesia dan KATAMATAKU Universitas Indonesia.
“Kami berupaya mengedukasi untuk membuang stigma dibiasakan dari kecil agar mereka paham dan sadar pengetahuan tentang Kusta. Pemilihan dusun Latuhalat sebagai tujuan karena di daerah ini masih banyak kasus kusta dengan permasalahan stigma yang sangat besar”, ujar Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp. KK. FINSDV, FAADV.
Stigma kusta, imbuh perempuan yang akrab dipanggil Lala ini, merupakan salah satu factor penyebab belum tercapainya eliminiasi di Indonesia. “Meski upaya penurunan stigma ini sudah lama dilakukan, namun belum memberikan hasil yang memuaskan”, ujarnya, Rabu (15/3/2023).
Bentuk edukasi tim yang ditugaskan oleh Dr. dr M. Yulianto Listiawan Sp. KK. FINSDV, FAADV., selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia ini adalah dengan memberikan edukasi kepada siswa sekolah. “Dimulai dari siswa SD, dengan media edukasi berupa Komik Bunga dan Langit Si Dokter Cilik volume 1, yang temanya sendiri juga tentang edukasi mengenai kusta dan dampak stigmanya terhadap penderita. Selain itu juga ada bakti sosial yang dilakukan di Universitas Patimura”, ujar Lala.
Edukasi melalui series komik Bunga dan Langit
Baca juga:
UB dan Densus 88 Deklarasi Anti Radikalisme
|
“Saya mencoba membagikan komik menarik dan bergambar kepada anak-anak usia SD disana, setelah mereka kami beri kesempatan membaca dan memahami apa itu Kusta?, kemudian saya cobauntuk mewawancarai sekitar 10 anak dikelas tersebut. Luar biasanya gagasan dengan membagikan komik yang kami lakukan mendapat feedback yang bagus dimana mereka bisa memahami, mengetahui dan menjelaskan kalau ternyata penyakit ini ada disekitar tempat mereka tinggal”, ungkapnya.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat mengurangi stigma kusta di masyarakat. “Selain itu, melalui program ini juga dapat membantu program pengendalian kusta yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia”, pungkas dosen sekaligus Ketua Kelompok Studi Dermatologi Sosial Indonesia ini. (anang/VQ)